Tulisan ini disadur dari bab pertama buku “Intelligence Came First”
Untuk keperluan sehari-hari kita menerima begitu saja realitas objektif di dunia ini sebagaimana yang kita lihat di sekitar kita. “Melihat baru percaya,” kata kita, atau “Aku melihat dengan mata kepala sendiri,” dan hampir tidak pernah muncul pada kita pertanyaan tentang keakuratan gambar yang terlihat di mata kita. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang kita lihat namun tidak kita percayai, seperti kelinci yang muncul begitu saja di ujung tongkat tukang sulap, dan tipuan-tipuan mata yang lain, dikenali maupun tidak dikenali. Di pihak lain ada hal yang kita percayai meskipun tak dapat dilihat, khususnya bila kita berpola pikir ilmiah—atom dan elektron contohnya.
Organ indra kita, khususnya penglihatan dan pendengaran, sangatlah kompleks, halus dan sensitif. Mereka melayani kita dengan sungguh baik, meskipun ada banyak cara mereka mengecewakan kita. Banyak diantara kita buta warna dengan berbagai variasi, dan bahkan lebih banyak lagi yang mengalami beberapa kerusakan pada sistem optis mata, yang sebagian dapat dikoreksi dengan kaca mata. Tetapi bahkan penglihatan normal yang sempurna merespon hanya sekitar seperdelapan dari lebar spektrum elektromagnetik, dan sensitivitasnya jauh dari seragam bahkan dalam kisaran yang kecil. (more…)