On Everything

Januari 16, 2009

Antiklerikalisme dan Ateisme

Filed under: Tentang Agama,Tentang Filsafat — Oni Suryaman @ 3:42 am
Tags: , ,

*Berdasarkan tulisan Anticlericalism and Atheism, Richard Rorty dalam buku The Future of Religion

futureofreligionAbad keduapuluh bisa digambarkan sebagai abad penolakan terhadap metafisika dan ontoteologi. Di abad ini orang-orang mulai berhenti untuk mempertanyakan apa yang paling benar sebagai gambaran realitas. Salah satu akibat dari gerakan antiesensialisme ini adalah ditinggalkannya apa yang disebut Lecky sebagai perseteruan antara sains dan agama. Akibat dari ini adalah seperti klaim dari William James bahwa ilmu alam dan agama tidak perlu lagi berkompetisi satu sama lain.

Dengan ditolaknya ontoteologi, perdebatan antara ateis dan teisme menjadi tidak berarti, atau malah tidak bermakna. Sebagaimana ilmu pengetahuan tidak bisa membuktikan Tuhan, ia juga tidak bisa membuktikan tidak adanya Tuhan. Seperti halnya musik, orang yang menyukai musik tertentu tidak bisa memaksakan selera musiknya kepada yang lain. Begitu juga halnya dengan filsafat. Klaim-klaim metafisika filsafat pun tidak bisa dipaksakan. Cara pandang ini seperti menaruh masalah metafisika dan ontoteologi ke wilayah “estetika”. Tetapi dengan memakai istilah estetika sendiri berarti kita menerima trikotomi Kant: kognitif, moral, estetik. Salah satu target dari para antiesensialis justru adalah trikotomi tersebut. Para filsuf lebih memilih untuk meletakkan suatu klaim tertentu untuk konteks tertentu yang tepat untuk klaim tersebut; yang dilakukan adalah klaim partikular ketimbang klaim universal. (more…)

Januari 5, 2009

Newton dan Leibniz, dan Konstruksi Baru Sains

newton_by_blake

Perseteruan antara Newton dan Leibniz telah sering diceritakan di dalam banyak buku teks maupun buku-buku ilmiah populer lainnya. Yang dibahas di dalamnya biasanya adalah mengenai klaim penciptaan kalkulus. Sebuah perdebatan lain sering kali lolos dari perhatian banyak orang, dan perdebatan inilah yang diangkat oleh Cassirer di dalam sebuah tulisannya di dalam Jurnal The Philosophical Review. Perdebatan ini adalah mengenai posisi epistemologis kedua raksasa filsafat ini dalam melihat ilmu alam atau—di dalam bahasa yang dipakai di zaman itu—filsafat alam.

Untuk melihat perbedaan yang mendasar di antara kedua filsuf alam tersebut bukanlah sebuah perkara yang mudah. Sentimen-sentimen yang menyertai perdebatan tersebut mengaburkan esensi dari perdebatan itu sendiri. Surat menyurat yang terjadi di tahun 1715 dan 1716 antara Leibniz dan Samuel Clarke yang membela Newton juga tidak banyak membantu untuk melihat masalah ini lebih jelas. Bahkan tuduhan-tuduhan yang saling dilontarkan satu sama lain malah melebar pada masalah agama. Untuk itu kita perlu masuk ke dalam pemikiran kedua filsuf ini secara mendasar supaya bisa memahami betul inti perdebatan mereka.[1] (more…)

Blog di WordPress.com.