Sepanjang sejarah pemikiran umat manusia, persoalan nafsu telah menjadi pokok bahasan. Para pemikir Yunani Kuno sampai gereja menunjukkan bahwa nafsu adalah sesuatu yang harus dikendalikan. Plato menunjukkan bahwa nafsu harus ditundukkan dengan rasio dengan mengatakan di dalam Republic IV ,meminjam lidah Sokrates:
Bukankah tugas untuk mengendalikan (seluruh jiwa) jatuh kepada rasio, yang bijak dan melihat ke depan mengatasi seluruh jiwa yang lain…[1]
Aristoteles menempuh jalan yang sedikit berbeda, yaitu dengan melatih nafsu supaya terbiasa dengan hal-hal yang bajik (virtue) dengan melatih diri melalui kontemplasi akan hal-hal yang baik, sebagaimana yang ia tunjukkan di dalam Nicomachean Ethics X:
Jika kebahagiaan adalah kegiatan yang berhubungan kesempurnaan, … Dan kegiatan ini adalah bersifat kontemplatif.[2] (more…)